Minggu, 14 September 2008

Plastik

Plastik Ramah Lingkungan dari Kelapa Sawit

Mulai 2010, Los Angeles Larang Kantung PlastikGabungan Dua Plastik Hasilkan "Logam"Tak Ada Minyak Tanah, Plastik Pun JadiAS, Botol Plastik Mungkin Berbahaya

MEDAN- Peneliti Universitas Sumatera Utara, Basuki Wirjosentono, mengenalkan plastik ramah berbahan hasil samping minyak sawit mentah. Plastik yang selama ini beredar di masyarkat masih memakai zat kimia yang berpotensi mengganggu kesehatan manusia. Hasil samping sawit terbukti aman dari gangguan itu.

"Hasil samping ini sebagai pelunak plastik. Bahannya banyak terdapat di sekitar kita. Pemanfaatan hasil samping minyak sawit ini sekaligus bisa meningkatkan nilai jualnya," kata Basuki Wirjosentono di Kampus Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA), Universitas Sumatera Utara (USU),

Gliserol menjadi bahan pengganti dioktil ftalat atau dalam istilah kimia dikenal dengan DOP. Bahan ini bagus bereaksi dan murah harganya. Sayangnnya, zat kimia ini bersifat racun penyebab kanker pada manusia. DOP dan glicerol sama-sama bisa menjadi bahan pelunak plastik. Namun gliserol lebih aman bagi kesehatan dan tidak mengandung racun.

Dalam penelitiannya, Basuki mengubah gliserol menjadi poli gliserol agar zat ini menjadi lebih kental. Selanjutnya dia mengubahnya lagi menjadi poligliserol asetat agar senyawa ini bisa bercampur baik dengan plastik. Dia mulai melakukan penelitian ini lima tahun lalu.

Sementara ini hasil penelitiannya belum dimanfaatkan secara komersial. Di sejumlah forum internasional, Basuki sudah mengenalkannya. Produksi alat pelunak plastik ini masih dalam skala laboratorium dalam jumlah liter.

Sabtu, 13 September 2008

Minyak Sintetis dari Batu Bara


http://www.kompas.com/data/photo/2008/08/13/154906p.jpg

Keluar dari OPEC karena menjadi net importer minyak bumi, Indonesia mulai beralih pada batu bara, yang jumlahnya tergolong masih melimpah. Pemanfaatan batu bara itu tidak hanya dalam bentuk padat untuk membangkitkan pembangkit listrik tenaga uap, tetapi juga dicairkan menjadi minyak sintetis pengganti solar.

Pemanfaatan batu bara untuk otomotif sebenarnya telah dilakukan beberapa abad lalu pada lokomotif, yaitu sejak ditemukannya mesin uap. Namun, penggunaannya tidak berkembang karena bahan bakar ini menimbulkan polusi dan kurang praktis.

Sementara itu, penggunaan minyak bumi lebih menjanjikan dan prospektif kala itu. Namun, dengan melonjaknya harga minyak bumi belakangan ini, penggunaan batu bara mulai ditengok lagi.

Potensi cadangan batu bara di Indonesia disebut-sebut mencapai 36,3 miliar ton, tetapi sebagian besar, yaitu 85,2 persen, berkualitas rendah, disebut juga batu bara lignit. Sayangnya, batu bara yang bernilai kalor rendah ini tidak ekonomis pengangkutannya. Karena itu, dipikirkan untuk memanfaatkannya di mulut tambang sebagai pembangkit atau dicairkan di lokasi tambang.

Dengan teknik pencairan tersebut, batu bara mudah digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor dan dapat menekan polusi.

"Pencairan batu bara merupakan upaya untuk meningkatkan nilai ekonomis batu bara rendah sehingga dapat dipasarkan secara komersial sebagai minyak sintetis," jelas Martin Djamin, staf ahli Menteri Negara Riset dan Teknologi Bidang Energi Alternatif dan Terbarukan dalam Seminar "Rusnas Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan",


Pencairan batu bara merupakan salah satu upaya men- capai sasaran energi mix nasional tahun 2025 untuk menjamin tersediaan energi untuk kepentingan nasional. Pada tahun itu, sebesar 2 persen kebutuhan energi disuplai oleh batu bara cair.

Sabtu, 06 September 2008

Nanotekstil, Pakaian Masa Depan Berserat Fiber

Indonesia, kini telah cukup siap untuk mengembangkan industri tekstil (nanotekstil) dan keramik (nanokeramik) yang berbasis teknologi nano sehingga sangat memungkinkan bagi industri tekstil dan keramik di Indonesia menjadi lebih unggul. Ketua Umum Masyarakat Nanoteknologi Indonesia, Dr. Nurul Taufiqu Rohman, mengungkapkan bahwa bahan tekstil berkarakter nanotekstil merupakan bahan pakaian yang unggul, sedangkan bahan keramik berkarakter nanokeramik tidak bisa kotor dan penampilannya lebih baik.
Menurut Nurul, material nano dalam bentuk bubuk, seperti ZnO yang berukuran nano atau satu per miliar meter, yang kemudian ditorehkan serat-serat fiber tekstil. Nanotekstil dan nanokeramik merupakan generasi pertama dalam nanoteknologi, yang lebih mengarah kepada pembuatan partikel nano, seperti pada kandungan kosmetik atau bedak anti sinar matahari atau minuman suplemen.
Sedangkan untuk teknologi assembling dari partikel nano merupakan generasi kedua dari nanoteknologi, seperti pada pembuatan monitor sehingga layar monitor menjadi lebih terang, kemudian pada chip computer, atau memori pada ponsel. Untuk generasi ketiga, nanoteknologi memiliki material nano dengan presisi yang sangat tinggi, seperti ketika membuat sistem yang dimasukkan ke dalam tubuh manusia untuk membunuh sel kanker. Beberapa negara maju kini mulai mengembangkan nanoteknologi generasi ketiga ini dalam taraf riset dan pengembangan prototipe.
Sementara untuk generasi keempat, merupakan nanomolekuler atau rekayasa molekul yang dapat mengubah suatu benda ke bentuk lain, seperti mengubah kayu menjadi roti atau arang menjadi intan. Bahan kayu dan roti pada dasarnya sama, ada hydrogen, karbon, hydrogen dan sebagainya, sehingga tinggal memecah unsure dalam kayu dan disusun kembali sesuai dengan komposisi ketika membuat roti.
Nurul mengemukakan, bahwa pihaknya akan melakukan survey ke 30 industri dan membuat mapping roadshow-nya, berkaitan dengan prospek material dan teknologi nano di masa depan kelak.

Akhir-akhir ini harga bahan bakar minyak dunia meningkat pesat yang berdampak pada meningkatnya harga jual bahan bakar minyak termasuk minyak tanah. Minyak tanah di Indonesia yang selama ini di subsidi menjadi beban yang sangat berat bagi pemerintah Indonesia karena nilai subsidinya meningkat pesat menjadi lebih dari 49 trilun rupiah per tahun dengan penggunaan lebih kurang 10 juta kilo liter per tahun. Untuk mengurangi beban subsidi tersebut maka pemerintah berusaha mengurangi subsidi yang ada dialihkan menjadi subsidi langsung kepada masyarakat miskin. Namun untuk mengantisipasi kenaikan harga BBM dalam hal ini Minyak Tanah diperlukan bahan bakar alternatif yang murah dan mudah didapat.
Briket batubara merupakan bahan bakar padat yang terbuat dari batubara, bahan bakar padat ini murupakan bahan bakar alternatif atau merupakan pengganti Minyak tanah yang paling murah dan dimungkinkan untuk dikembangkan secara masal dalam waktu yang relatif singkat mengingat teknologi dan peralatan yang digunakan relatif sederhana.
Briket Batubara
Briket batubara adalah bahan bakar padat yang terbuat dari batubara dengan sedikit campuran seperti tanah liat dan tapioka. Briket batubara mampu menggantikan sebagian dari kegunaan Minyak tanah sepeti untuk : Pengolahan makanan, pengeringan, pembakaran, dan pemanasan. Bahan baku utama Briket batubara adalah batubara yang sumbernya berlimpah di Indonesia dan mempunyai cadangan untuk selama lebih kurang 150 tahun.
Teknologi pembuatan briket tidaklah terlalu rumit dan dapat dikembangkan oleh masyarakat maupun pihak swasta dalam waktu singkat. Sebetulnya di Indonesia telah mengembangkan briket batubara sejak tahun 1994 namun tidak dapat berkembang dengan baik mengingat Minyak tanah masih disubsidi sehingga harganya masih sangat murah, sehingga masyarakat lebih memilih Minyak tanah untuk bahan bakar sehari-hari. Namun dengan kenaikan harga BBM per 1 Oktober 2005, mau tidak mau masyasrakat harus berpaling pada bahan bakar alternatif yang lebih murah seperti Briket Batubara.
Keunggulan Briket Batubara
1. Lebih murah
2. Panas yang tinggi dan kontinyu sehingga sangat baik untk pembakaran yang lama
3. Tidak beresiko meledak/terbakar
4. Tidak mengeluarkan sauara bising serta tidak berjelaga
5. Sumber Batubara berlimpah
Perbandingan Pemakaian Minyak Tanah dengan Briket
Rumah tangga untuk 3 ltr/hari Minyak tanah Rp. 9000/hari; Briket Rp. 5400/hari; Penghematan Rp. 3600/hari. Warung makan untuk 10 ltr/hari Minyak Tanah Rp. 30.000/hari; Briket Rp. 18.000/hari; Penghematan Rp. 12.000/hari. Industri kecil untuk 25 ltr/hari Minyak Tanah Rp. 75.000/hari; Briket 45.000/hari; Penghematan Rp. 30.000/hariIndustri kecil untuk 100 ltr/hari Minyak Tanah Rp. 2.000.000/hari; Briket Rp. 1.502.450/hari; Penghematan Rp. 497.550/hari.
Parameter Antara Minyak Tanah dan Briket
Nilai kalori : Minyak Tanah 9.000 kkal/ltr; Briket : 5.400 kkal/kgEkivalen : Minyak Tanah 1 ltr; Briket 1.50 kgBiaya : Minyak Tanah Rp. 2.800,- Briket : Rp. 1.300Briket bentuk telur cocok untuk keperluan rumah tangga atau rumah makan, sedangkan bentuk kubus dan selinder digunakan untuk kalangan industri kecil/menengah.
Kompor/Tungku Briket Batubara
Penggunaan Briket Batubara harus dibarengi serta disiapkan Kompor atau Tungku, jenis dan ukuran Kompor harus disesuaikan dengan kebutuhan.